Betulkah Itu Makam Yesus?

karya dari Darrel Bock
terjemahan dari Chang Wei Hao

Semalam, saya telah menonton semua laporan berkaitan dengan makam Talpiot. Umat Kristian tidak perlu risau sangat. Beberapa wakil Kristian nampaknya bimbang, seolah-olah menjerit di depan pemberita dalam lapuran khas Discovery itu. Mungkin sebabnya mereka belum tengok lagi rancangan itu dan perlu mengulas tentang isu tersebut, seperti menembak dalam kegelapan. Setelah meneliti rancangan dokumentari itu, hujah-hujahnya mengandungi pelbagai masalah yang boleh dikupas dengan rasa sabar.

Contohnya, kita tidak perlu ijazah bidang biologi untuk mengetahui jika seseorang menguji DNA anda, ia tentunya tidak sepadan dengan kebanyakan orang yang lain. Jadi, hujah DNA yang disebut dalam rancangan itu tidak membuktikan apa-apa, hanya memberi kita suatu keputusan yang sudah dijangka. Seorang pakar Antropologi Forensik berkata semalam dalam rancangan Anderson Cooper 360, ia bukan bukti yang seberapa. Hasil ujian DNA itu tidak membuktikan apa-apa yang penting.

Kita tidak perlu ijazah bidang geografi juga untuk mengetahui bahawa jika keluarga Yesus berasal dari Galilee, kenapa pula makam keluarga mereka berada di Jerusalem? Dua permerhatian mudah ini dapat membantu kita kupas kelemahan hujah dalam rancangan dokumentari ini.

Hujah dari kebarangkalian statistik itu bergantung kepada ANDAIAN bahawa makam Talpiot itu makam sebuah keluarga. Tapi satu-satunya kesimpulan yang mungkin kita dapati dari ujian DNA yang tidak sepadan ialah ia bukannya sebuah makam keluarga. Apa kata sekiranya makam ini tidak mengandungi sebuah keluarga, tapi hanya orang-orang dari keluarga yang berlainan dalam wilayah yang sama? Atau pun makam ini dikongsi oleh beberapa keluarga? Semua soalan asas sebegini adalah sebahagian dari proses pengajian sejarah.

Dan kebenaran bagi ‘senario’ yang mana-mana satu pun akan meyangkal dakwaan sensasi bahawa inilah makam Yesus (Nabi Isa). Jadi marilah kita menanya beberapa soalan biasa ini bagi mendedahkan andaian-andaian tersirat dalam usaha memperolehi nombor ‘statistik’ ini yang mudah dicabar. Seterusnya, analisis kebarangkalian tidak bermakna kerana apa yang disukat itu bukannya apa yang diandaikan.

Maka tiada sebab untuk melolong atau menjerit, hanya memberi soalan yang bagus. Asingkan fakta dari tafsirannya. Fakta: kita menemui makam yang mengandungi sepuluh kotak berisi rangka tulang dari abad pertama Selepas Masehi. Ada nama tertulis di atas kotak dan dua daripada mereka (satu bernama Yesus dan yang lain bernama Mary) tidak mempunyai hubungan biologi. Itu SAHAJA yang kita ketahui dari rancangan tersebut. Yang lain itu tafsiran.

Para penerbit rancangan khas itu kata mereka inginkan lebih siasatan dan mencari kebenaran. Sambutlah cabaran ini, kata saya. Fakta-fakta yang timbul akan menunjukkan bahawa makam Talpiot tiada kaitan langsung dengan keluarga Yesus. Yang ada hanyalah sebuah makam abad pertama yang mengandungi beberapa kotak rangka tulang, yang membantu kita fahami nama dan amalan zaman itu.

Mari kita meneliti isu-isu budaya zaman kita pula. Ya, usaha ‘hentam’ kepercayaan Kristiani makin lumrah dalam kerakusan mengejar wang ringgit dan pujaan ramai bagi sesetengah orang. Mudah kita sebagai umat Kristian berasa kecewa. Saya memberitahu murid-murid di seminari supaya mengambil ‘suntikan vaksin’ sampainya Hari Natal ataupun Easter kerana lazimnya amalan menghantam Kristian pada musim cuti. Jangan terperanjat dengan corak duniawi yang dijangka ini.

Harus juga kita mencabar motif HarperSanFrancisco dalam terbitannya yang sentiasa ‘menghentam’ kepercayaan Kristian.

Tapi, penting sekali, kita perlu dana wang untuk menerbit dokumentari berkualiti tinggi dengan cendekiawan Kristian yang masyhur. Pokoknya, orang umum dapat membuat perbandingan dan lihat sendiri kelemahan hujah-hujah sensasi sebegini.

Mari kita menyahut cabaran untuk memberi pandangan yang sebaliknya. Industri penerbitan Kristian berbillion dollar nilainya. Usaha sebegini tidak memberi kesan atas keuntungan mereka (adakah faktor duit yang paling penting dalam isu ini?)

Hakikatnya, hanya 0.2% wang dijana oleh industri ini boleh mendokong usaha terbitan rancangan khas setiap tahun. Jika syarikat penerbitan Kristian menderma dengan murah hati, kita dapat menonjolkan motif yang berdasarkan kebenaran, dan bukannya keuntungan. Mungkin juga kita tidak harus berbangga dengan organisasi seperti badan Penyiaran Agama Negara [National Religious Broadcasters] kerana tidak melangkah ke hadapan untuk menyahut cabaran budaya ini? Mungkin mereka atau badan sepertinya harus menggembleng tenaga yang padu untuk mempertahankan iman. Kenapa tidak syarikat Kristian besar mengumpul sumber kewangan seperti rangkaian penyiaran kabel lain dan menerbitkan dokumentari berkualiti untuk tontonan televisyen?

Itulah cabaran yang saya berikan. Hentikan jeritan dan rungutan. Hasilkanlah sesuatu berkualiti tinggi yang menonjolkan tahap cendekiawan berwibawa, supaya budaya kita dapat melihat kisah sebenar dengan lebih menyeluruh.

Mungkin usaha sebegini akan menghasilkan sesuatu yang boleh dipercayai dan bermutu.
Inilah usaha yang diperlukan jika umat Kristan serius melibatkan diri dalam perbincangan sejagat. Renungkanlah.

Comments

Anonymous said…
Related blog post on Da Vinci Code fad last year

http://theagora.blogspot.com/2006/05/apakah-itu-da-vinci-code.html
Anonymous said…
Talpiyot = Talpiot?
Anonymous said…
FILM THE LOST TOMB OF JESUS

Mempelajari DVD film ‘The Lost Tomb of Jesus’ memang asyik, soalnya, sebagai film dokumenter, secara sinematografis film ini bisa dibilang bagus karena dibuat oleh dua sutradara kondang James Cameron dan Simcha Jacobovici. Film ini semula diputar dalam siaran Discovery Channel pada tanggal 4 Maret 2007 setelah sebelumnya pada tanggal 26 Februari dipromosikan dalam konperensi pers di New York.

James Cameron adalah direktur eksekutif, seorang agnostik yang bebas dan sudah lima kali menikah. Ia dikenal sebagai sutradara film-film yang menghasilkan piala oscar dan piagam, membidani antara lain film Aliens, The Abbys, Titanic, dan Terminator.

Wikipedia mencatat Cameron dikenal sebagai pembuat film-film aksi/fiksi-sains yang inovatif dan sukses secara finansial dan di tahun 1991 menerima Bradbury Award dari Science Fiction and Fantasy Writers of America. Simcha Jacobovici adalah orang Yahudi lahir di Israel dan menetap di Kanada, ia direktur dan penulis naskah film ini, bahkan menjadi bintang utama film ini. Jacobovici beberapa kali menerima piagam dan termasuk sutradara film dokumenter yang kontroversial yang berkaitan dengan pembelaannya akan sejarah Yahudi. Sejak muda ia sudah menjadi a.l. ketua Jaringan Mahasiswa Yahudi Amerika Utara; mendirikan Jaringan Mahasiswa Yahudi Kanada; mendirikan Biro Universitas Federasi Zionis Kanada ; dan juga menjadi presiden Kongres Internasional Serikat Mahasiswa Yahudi Sedunia. Semangatnya membela kayahudian dan perannya sebagai tokoh Zionis nyata dalam agenda film ini.

Film The Lost Tomb of Jesus diawali dengan pravisi ‘praduga tak bersalah’nya Mahkamah Agama Yahudi yang menurut Injil disebut telah menaburkan dusta bahwa mayat Yesus dicuri oleh para murid-Nya (Matius 28:13). Bertitik tolak pada anggapan bahwa Mahkamah Agama Yahudi tidak berdusta, maka tentulah mayat Yesus benar dipindahkan oleh para murid-Nya ke tempat lain secara rahasia ... inilah yang ingin ditunjukkannya yaitu ke makam Talpiot. Hipotesa bahwa ‘Mahkamah Agama Yahudi’ benar jelas membuat benang menjadi kusut, sebab dalam film dikatakan bahwa para murid membawa mayat Yesus ke kuburan rahasia, padahal kenyataannya kuburan itu kuburan keluarga dengan gerbang besar yang tentu sudah ada lama dan mencolok sehingga aneh kalau kuburan demikian dianggap kuburan rahasia.

Agenda kasat mata para pembuat film itu didukung dengan dihadirkannya dua nara sumber teolog liberal (yang menolak mujizat dan supranatural dalam kitab Injil dan anti kebangkitan) yang radikal karena pernyataan mereka yang kontroversial. John Dominic Crossan adalah pendiri Jesus Seminar (1985) yang mengemukakan pendapat provokatif bahwa kemungkinan mayat Yesus tidak dikubur tetapi dibiarkan tergantung disalib untuk menjadi mangsa anjing-anjing dan binatang pemangsa lainnya. Crossan yang berpendapat demikian jadi tidak konsisten kalau sekarang mendukung Yesus dikubur di kuburan keluarga secara aman-aman saja. James D. Tabor dikenal dengan bukunya ‘Jesus Dinasty’ yang juga provokatif dimana ia mengemukakan bahwa Yesus bukan anak Allah dan juga bukan anak Yusuf tetapi anak tentara Romawi bernama Panthera dan Yesus adalah Yeshua ben Panthera. Bukan hanya itu, pribadi Maria yang dihormati tetap perawan dalam gereja Roma Katolik, oleh Tabor dijadikan wanita yang diperkosa tentara penjajah dan ketika Yusuf mati kawin dengan Klopas saudara Yusuf, cerita diluar sumber kitab Injil.

Dari tayangan awal film ini sudah terlihat adanya konspirasi kemana agenda film ini mengarah, apalagi agenda itu diramu oleh seorang ahli pembuat film fiksi-sains yang kondang James Cameron yang sudah terbiasa menjadikan yang fiksi terkesan sebagai fakta. Dalam film ini banyak hal tidak dimulai dari data yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, tetapi asumsi atau hipotesa disodorkan sejak awal dan dicari pembenarannya dengan mencatut beberapa tokoh seperti yang membidangi arkeologi, statistik, DNA, dan finger-prints (spektrum unsur) dimana komentar mereka hanya dikutip sepotong-sepotong.

Pada awal film sebenarnya dibicarakan tentang nama ‘Jesus of Nazareth,’ nama yang biasa disebut dalam kitab Injil, tetapi kemudian nama ‘Jesus anak Yusuf’ di makam Talpiot diidentikkan sama dengan itu. Di Makam Talpiot yang ditemukan tahun 1980 itu ditemukan 10 osuari dimana 6 diantaranya memiliki inskripsi dan 4 tidak yang salah satunya kemudian hilang. 6 osuari memiliki inskripsi dengan nama Yesus anak Yusuf, Maria, Matiah, Yose, Mariamne e Mara, dan Judah anak Yesus. Semula 5 nama pertama dianggap nama keluarga Yesus sesuai dengan kitab Injil tetapi kemudian dikurangi nama Mathiah. Andrey Feuerverger dari Universitas Toronto menyebutkan bahwa bila ada kesamaan 4 nama dengan keluarga Yesus maka kemungkinan itu terjadinya 1:600, dan kalau itu ditambah dengan Yakobus anak Yusuf saudara Yesus yang osuarinya dianggap berasal dari Talpiot juga maka kemungkinan itu terjadinya 1:30.000. Amos Kloner yang ikut dalam pembukaan makam Talpiot menyebutkan bahwa nama-nama itu umum di Israel, dan menurut David Menorah, kurator museum Israel, menyebut kelompok nama itu sama dengan nama keluarga Yesus tidak masuk akal, lagian memasukkan osuari Yakobus dalam jajaran Talpiot terlihat dipaksakan.

Sekarang yang menjadi masalah adalah apakah Mariamne e Mara termasuk keluarga Yesus? Kembali dibuat asumsi bahwa Mariamne e Mara tentunya Maria Magdalena yang menjadi isteri Yesus. Hipotesa dini ini kemudian dicarikan pembenarannya dengan berbagai cara. Penelitian oleh Canrey Matheson dari Lakehead Laboratory berdasarkan penelitian DNA osuari Yesus dan Mariamne menyimpulkan bahwa keduanya tidak bersaudara dan tidak memiliki hubungan maternal (ibu yang sama) dan ia mengatakan bahwa sekalipun mungkin, “you cannot genetically test for marriage” katanya. Sekalipun tiga ahli yaitu David Manoreh, Tal Ilan, dan Amos Kloner dalam film menyebut bahwa kalau nama itu disertai nama Magdala kemungkinannya ada tetapi nyatanya nama Magdala tidak ada dikuburan itu, Jacobovici memaksakan diri membenarkan Mariamne e Mara adalah Maria Magdalena isteri Yesus. Kalau DNA residu pada osuari Maria dan Yudah anak Yesus juga diteliti, sebenarnya bisa diperoleh data ilmiah yang lebih kuat, tetapi itu tidak dilakukan. Ahli forensik yang memeriksa DNA secara tertulis juga menyangkal bahwa mereka menyimpulkan bahwa Mariamne e Mara isteri Yesus. Ketika Jacobovici ditanya mengenai hal-hal itu ia menjawab: “I’m not a scientist ... I’ve done my job as a journalist.”

Menarik menyaksikan permainan bukti dan kesimpulan dalam film ini, James Tabor dalam bukunya ‘Jesus Dinasty’ tidak menyebutkan Maria Magdalena sebagai Mariamne maupun isteri Yesus. Ia menyebutkan nama Mariamne sebagai nama isteri Herodes, dan ia menolak dan menganggap adalah teori fantastis yang tidak ada rujukannya dalam sejarah kalau menyebut Yesus mengawini Maria Magdalena dan memiliki anak. Tetapi, dalam film ini ia mendukung agenda makam Talpiot sebagai makam keluarga Yesus yang beristeri Mariamne e Mara dan beranak Yudah. Sebagai bukti lain disebutkan Jacobovici melalui prof. Francois Bovon, yang menemukan Acts of Phillip dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggeris, dimana disitu disebutkan Mariamne sebagai saudara Filipus dan menjadi penginjil yang mengajar dan membaptis yang memiliki gambaran yang mirip dengan Maria Magdalena. Namun, menurut Francois Bovon kemudian, perlu disadari bahwa itu tidak mungkin, karena Mariamne dalam Acts of Philip menganut sekte selibat. Pada ayat 50 Filipus berkata kepada Areus “Do no wrong, and leave thy wife”. Tidak konsisten kalau Filipus menyuruh seorang suami menceraikan isterinya sedangkan adiknya sendiri yang penginjil kawin (dengan Yesus lagi). Dalam Injil Maria Magdalena juga tidak ada petunjuk bahwa Maria isteri Yesus, bahkan Karen L. King dalam bukunya The Gospel of Mary of Magdala setebal 230 halaman itu tidak menyebut bahwa Maria Magdalena punya nama lain Mariamne!

Dalam film digambarkan seorang wanita berzinah yang dirajam ditolong Yesus (Lukas 7) dan narasi menyebutkan bahwa sekarang sudah pasti bahwa Maria Magdalena (Lukas 8:1-2) berbeda dengan pezinah pada fasal sebelumnya, namun dalam film secara halus ditanamkan sugesti ke bawah sadar penonton bahwa perempuan berzinah itulah yang memerankan Maria Magdalena yang ditiduri Yesus dan memeluk anak Yesus si ‘murid yang dikasihi.’ Hipotesa Mariamne e Mara sebagai Maria Magdalena lemah, maka kalau nama ini dikeluarkan dari keluarga Yesus, angka menjadi kecil 1:belasan saja, berarti sangat banyak bisa dijumpai keluarga di Israel dengan kombinasi nama yang sama dengan tiga nama dalam keluarga Yesus!

Asumsi lainnya adalah bahwa osuari Yakobus berasal dari Talpiot, ini coba ditunjukkan dengan penelitian finger-prints (spektrum kandungan unsur) dari patina Mariamne yang disebut sama dengan Yakobus, ini disebutkan dibuktikan di laboratorium Suffolk. Kalau kita mencermati kedua finger-prints itu sekalipun sepintas lalu kelihatannya mirip, namun dari 10 unsur kimiawi yang ada, sebenarnya 3 unsur (O, Mg, Al) dari sampel Yakobus hanya berintensitas sepertiga dari sampel Mariamne, dan 3 unsur lainnya (Si, K, Fe) hanya setengah intensitas unsur yang sama yang ada di sampel Mariamne. Bukan hanya itu, ada satu unsur dalam sampel Mariamne yang tidak ada di Yakobus dan satu unsur di Yakobus tidak ada di Mariamne. Sampel ke-3 malah lebih mirip dengan Mariamne kecuali adanya satu unsur lain, bahkan sampel ke-5 nyaris identik dengan Mariamne kecuali tambahan satu unsur lain. Direktur Suffolk Crime Laboratory menyebutkan bahwa dalam laporan tertulis mereka tidak disebutkan bahwa ada kesamaan patina itu.

Bagi seorang peneliti, tentu mengidentikan fingerprints Mariamne dan Yakobus terlalu dini, soalnya asumsi yang menggeneralisasi bahwa pada makam yang sama fingerprintsnya sama masih harus dibuktikan! Perlu diuji dulu apakah fingerprints sampel dari satu bagian osuari Mariamene sama dengan yang terdapat di bagian lain osuari itu, dan apakah fingerprints osuari Mariamne sama dengan kedelapan osuari lainnya di makam yang sama? Kenyataan ini tentu disadari ahlinya, karena itu dapat dimaklumi bahwa ahli dari Suffolk Crime Laboratory merasa disalah gunakan kesimpulannya padahal sebenarnya tidak begitu.

Pengakuan Oded Golan dipengadilan adalah bahwa osuari Yakobus berasal dari Silwan dan bekas tanah disitu sama dengan tanah Silwan. Golan diadili karena dianggap memalsukan inskripsi puluhan barang antik termasuk inskripsi Yakobus, dan mengaku membelinya ditahun 1970-an sebelum tahun 1978 pemerintah Israel mengeluarkan Undang-Undang dimana semua penemuan barang antik menjadi milik negara. Laboratorium forensik FBI menyelidiki foto osuari yang diambil di studio Golan dan menentukan bahwa foto itu diambil di tahun 1970-an. Hipotesa osuari Yakobus berasal dari Talpiot menunjukkan bahwa kesimpulan film ini terlalu memaksakan diri. Bila osuari Yakobus berasal dari Talpiot, berarti inskripsi disitu yang menyebut nama Yakobus adalah palsu, karena menurut Amos Kloner dan Joe Zias yang mencatat penemuan itu pertama kalinya, ke empat osuari lainnya termasuk yang hilang tidak memiliki inskripsi apa-apa, tetapi bila inskripsi di osuari Yakobus asli, maka jelas osuari itu bukan berasal Talpiot. Keduanya menunjukkan bahwa tidak mungkin osuari dan tulang Yakobus berasal dari makam Talpiot.

Asumsi lainnya yang dikemukan untuk mendukung teori bahwa itu makam keluarga Yesus dan Maria Magdalena adalah isteri Yesus adalah bahwa mereka memiliki anak yang dalam Injil Yohanes disebut sebagai ‘Murid yang dikasihi’ yang diakhir film disebutkan dipeluk oleh Maria Magdalena. Anak ini disebut sebagai ‘Yudah anak Yesus’ yang tertulis di osuari Talpiot. Asumsi ini jelas jauh dari kebenaran Injil. Dalam Injil Yohanes (19:26) disebutkan bahwa Yesus berbicara kepada Maria ibunya, dan agar ‘murid yang dikasihinya’ menerima Maria di rumahnya (dari konteks Injil Yohanes diketahui bahwa ‘murid yang dikasihi adalah Yohanes, penulis Injil itu). Asumsi ini malah menimbulkan tanda tanya lebih besar, sebab kalau benar Yesus mengawini Maria Magdalena dan segera memiliki anak, anak itu baru berumur 2 tahun ketika Yesus disalib, atau kalau sejak di Nazareth Yesus sudah mengawini Maria Magdalena (ini lebih mustahil) tentu anak itu masih remaja dan tidak mungkin disembunyikan identitasnya karena waktu itu Yesus belum menjadi tokoh revolusioner, maka bagaimana Yudah sudah bisa memiliki rumah dan bisa mengajak ibunya (di film ini Maria dianggap Magdalena) tinggal bersamanya, dan kalau Maria Magdalena yang memang ibunya kan mereka sudah tinggal serumah?

Film ini makin menunjukkan kepanikannya untuk menghadirkan bukti-bukti otentik bahwa itu kuburan keluarga Yesus, sebab kalau menurut Tabor perkawinan Yesus dan Maria Magdalena disembunyikan hanya untuk menyembunyikan garis keturunan/dinasti Yesus, harus diingat bahwa dihadapan massa Palestina waktu itu, tidak mudah menyembunyikan status perkawinan seseorang apalagi kalau orang itu pemberontak. Dan kalau disebut kehadiran anak Yesus yang dicap sebagai pemberontak itu disembunyikan agar tidak ikut ditangkap dan disalibkan, sungguh tragis kalau anak itu bisa berpelukan dengan ibunya (Maria Magdalena) dan disebut ‘anak’ oleh Yesus yang disalib secara terbuka dimuka umum.

Taktik wawancara Jacobovici menunjukkan agendanya, sebab para ahli yang diwawancarainya kemudian menolak hipotesa film itu dan mengaku keterangan mereka dimanipulasi. Shimon Gibson sendiri yang terlibat dalam film itu meragukan klaim Jacobovici atas penemuannya itu dan mengatakan: “My professional assesment of the facts available about this tomb, based on some 30 years of experience studying Second Temple tombs around Jerusalem, is that the Talpiot Tomb is not the Jesus family tomb.” Harus disadari bahwa ketika Injil ditulis banyak saksi mata masih hidup, dan kalau mayat Yesus disembunyikan di kuburan lain, apa perlunya Mahkamah Agama Yahudi berdusta mengenai pencurian mayat dan menyuap para tentara Romawi yang menjaga kuburnya? Mereka cukup memnunjukkan lokasi Talpiot! Banyak martir menjadi saksi ‘kebangkitan’ yang tak akan terjadi kalau tulang Yesus tergeletak dimakam Talpiot.

Francois Bovon yang menerjemahkan ‘The Acts of Philip’ mengatakan: “I must say that the reconstruction of Jesus’ marriage with Mary Magdalene and the birth of a child belong for me to science fiction. ... I do not believe that Mariamne is the real name of Mary Magdalene.” Dalam situsnya ‘Dear Statistical Colleague’ (March 4, 2007), Andrey Feuerverger juga menulis: “I now believe that I should not assert any conclusions connecting this tomb with any hypothetical one of the NT family.”

Kenyataannya, dalam wawancara yang dilakukan untuk filmnya, Jacobovici tidak menjelaskan tujuan wawancaranya kepada responden, ia memberikan pertanyaan yang mengarah, dan selanjutnya dalam filmnya ia hanya mengutip sepotong bagian wawancara yang mendukung hipotesanya. Bila komentar para ahli itu ditayangkan secara lengkap tentu menghasilkan kesimpulan yang berbeda, juga para ahli teologi lain yang tidak sependapat dengan Jacobovici & Tabor tidak disertakan dalam pembuktian dalam film itu. Karena itu jelaslah bahwa film ini merupakan hasil konspirasi agenda semangat Zionisme yang dikawinkan dengan sikap alergi teolog liberal radikal terhadap kebangkitan Yesus yang diramu dalam sebuah film fiksi-sains. Film ini memang film dokumenter, tetapi menyebutnya sebagai dokumenter ilmiah (scientific) jelas tidak, sebab lebih merupakan film dokumenter fiksi-ilmiah (science fiction).

Film ini mengulang taktik Dan Brown dalam bukunya ‘The Da Vinci Code,’ yaitu bahwa dalam makam Talpiot baik arkaelogi, osuari, dan badan-badan yang terlibat adalah fakta, tetapi kesimpulan film itu bahwa itu makam keluarga Yesus yang beristeri Mariamne dan memiliki anak Yudah, adalah fiktif.


Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org